ARE YOU READY FOR DIGITIZING IN MINING?

1000 667 adhistya

Mining has been known for a long time starting from stone mining in the days of Ancient Egypt and Greece. Since the industrial era, human needs for mining materials such as the use of cellphones, watches, jewelry, and other products have increased along with the increasing human population in the world. Thus, the mining industry needs technology to meet the demands of the digital revolution-based era of 4.0.

Through halal bihalal Perhapi (Indonesian Mining Experts Association) held on Wednesday, June 26, 2019 at Ballroom Hotel Ubud Putri Denpasar, Kuningan, South Jakarta, Ir. Irwandi Arif, Founder and CEO of the Indonesian Mining Institute, was the speaker at the event. Irwandi sent a mining transformation is very necessary because humans in Indonesia are very adaptable and the mining industry is far behind developed countries that have applied advanced technology.

In the mining world, digital technology is needed in making data that produces three-dimensional backup models, mine planning, blasting, processing, and marketing processes. Thus, the use of the mining programming language must be mastered.

In applying digital technology must be equipped with the ability of employees to literate technology. Problems in Indonesia today, many have succeeded in the mining sector which has not mastered the software needed in the mining industry. Therefore, preparation of prospective employees is very necessary early on. Especially to prepare students in universities to master the programming language in the field of Mining.

Programming languages ​​in the mining sector in Indonesia need to be mastered before graduating from college. Nearly 60 universities in Indonesia have Mining Engineering majors that will compete to get jobs. Indonesia does not have to depend on other countries, because not all technologies applied in other countries can be applied in Indonesia, said Irwandi.

Digitizing technology will destroy companies that are reluctant to increase according to the times. To be able to survive in the digital era, companies must be able to overcome changes through specific strategies including business strategies, growth targets, and investment plans that require technology. “There are already 2 mining companies that have entered the digital era, namely PAMA and BUMA that connect them with efficiency”, said Irwandi. The existence of this digital technology must also be agreed upon with sustainability so that the mining industry produces positive results in the social, economic, educational and environmental fields for the communities around the mine.

Irwandi also added, the solution to the problem of digitizing the mining industry in Indonesia is to increase the scale and quality of education, especially in the field of programming. Attention is also involved in the assessment of the digitalization industry in the 4.0 industrial revolution which integrates consultants, IT, and services in the industrial sector well.

Penambangan telah dikenal sejak lama dimulai dari penambangan batu pada zaman Mesir Kuno dan Yunani. Sejak era industri, kebutuhan manusia akan bahan-bahan tambang seperti penggunaan ponsel, jam tangan, perhiasan, dan produk-produk lainnya telah meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia di dunia. Dengan demikian, industri pertambangan membutuhkan teknologi untuk memenuhi tuntutan era 4.0 berbasis revolusi digital.

Melalui halal bihalal Perhapi (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) yang diadakan pada hari Rabu, 26 Juni 2019 di Ballroom Hotel Ubud Putri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Ir. Irwandi Arif, Pendiri dan CEO Institut Pertambangan Indonesia, menjadi pembicara pada acara tersebut. Irwandi mengirim transformasi pertambangan sangat diperlukan karena manusia di Indonesia sangat mudah beradaptasi dan industri pertambangan jauh tertinggal dari negara maju yang telah menerapkan teknologi maju.

Di dunia pertambangan, teknologi digital diperlukan dalam pembuatan data yang menghasilkan model cadangan tiga dimensi, perencanaan tambang, peledakan, pemrosesan, dan proses pemasaran. Dengan demikian, penggunaan bahasa pemrograman penambangan harus dikuasai.

Dalam menerapkan teknologi digital harus dilengkapi dengan kemampuan karyawan untuk melek teknologi. Masalah di Indonesia saat ini, banyak yang berhasil di sektor pertambangan yang belum menguasai perangkat lunak yang dibutuhkan dalam industri pertambangan. Karena itu, persiapan calon karyawan sangat diperlukan sejak dini. Terutama untuk mempersiapkan siswa di perguruan tinggi untuk menguasai bahasa pemrograman di bidang Pertambangan.

Bahasa pemrograman di sektor pertambangan di Indonesia perlu dikuasai sebelum lulus dari perguruan tinggi. Hampir 60 universitas di Indonesia memiliki jurusan Teknik Pertambangan yang akan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Indonesia tidak harus bergantung pada negara lain, karena tidak semua teknologi yang diterapkan di negara lain dapat diterapkan di Indonesia, kata Irwandi.

Teknologi digitalisasi akan menghancurkan perusahaan yang enggan meningkat sesuai perkembangan zaman. Untuk dapat bertahan di era digital, perusahaan harus mampu mengatasi perubahan melalui strategi khusus termasuk strategi bisnis, target pertumbuhan, dan rencana investasi yang membutuhkan teknologi. “Sudah ada 2 perusahaan pertambangan yang telah memasuki era digital, yaitu PAMA dan BUMA yang menghubungkannya dengan efisiensi”, kata Irwandi. Keberadaan teknologi digital ini juga harus disepakati dengan keberlanjutan sehingga industri pertambangan memberikan hasil positif di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan bagi masyarakat di sekitar tambang.

Irwandi juga menambahkan, solusi untuk masalah digitalisasi industri pertambangan di Indonesia adalah dengan meningkatkan skala dan kualitas dalam pendidikan, terutama di bidang pemrograman. Perhatian juga terlibat dalam penilaian industri digitalisasi dalam revolusi industri 4.0 yang mengintegrasikan konsultan, TI, dan layanan di sektor industri dengan baik.

sc: duniatambang

Author

adhistya

All stories by: adhistya