Demi keselamatan jiwa dan operasi pertambangan, setiap sumber daya baik manusia maupun alat harus melewati proses uji kelayakan. Banyak yang harus diperiksa dan dipastikan sudah memenuhi standar, baru lah operasi tambang dapat dijalankan. Cipto sebagai Head of Health Safety and Environment sebuah kontraktor tambang mengatakan bahwa ia sangat ketat dalam menerima laporan layak atau tidaknya alat yang akan digunakan untuk menambang. “Sudah memenuhi persyaratan belum? Tahunnya, sertifikasinya, record perawatannya, hingga operatornya”, jelas Cipto.
Pengecekan terhadap hal-hal di atas dilakukan secara rutin karena sering kali dokumen yang digunakan tidak diperbarui akibat lupa masa berlakunya, misalnya. Kemudian gantinya operator yang ternyata tidak ada SIO nya. Juga mengenai record perawatan alat, yang menjadi salah satu perhatian terpenting dalam menilai sebuah alat layak atau tidak beroperasi. Diakui Cipto, sering kali menemui kenakalan tim di lapangan seperti tidak melakukan cek harian alat, terlambat melakukan perawatan, dan lainnya. Namun hal tersebut diketahui setelah kejadian sehingga solusi yang dilakukan hanya melakukan visit ke site lebih sering lagi.
Adapun hal lain yang menjadi tantangan adalah mengenai pengiriman logistik yang sering kali tidak tercatat dengan baik sehingga terjadi miscommunication dan menghambat pekerjaan yang lain.
Jika mempelajari kondisi yang ada, Cipto mengakui seharusnya masalah-masalah seperti disiplin perawatan dan miscommunication tidak lagi terjadi jika pekerjaan apapun tercatat dan ter-update dengan cepat. Seperti masalah ketidakdisiplinan tim perawatan, dapat terdeteksi dini jika saja laporan diterima dengan cepat. Namun Cipto menyadari bahwa butuh waktu untuk membenahi hal tersebut misalnya mengubah menjadi digital inspection yang dapat mempercepat dalam memperoleh laporan sehingga dapat mendeteksi masalah dengan lebih cepat. Dibutuhkan pendekatan yang tepat untuk menimbulkan kesadaran baik kepada tim di lapangan maupun sisi manajerial.