ADA POTENSI RESESI EKONOMI GLOBAL, KOMODITAS TAMBANG BISA TERPENGARUH?

1024 576 syasya

Saat ini Industri tambang dihadapkan pada bayang-bayang resesi ekonomi. Presiden World Bank Group, David Malpass menyebutkan bahwa langkah menaikkan suku bunga yang telah diambil bank sentral di dunia berpotensi berlanjut di tahun 2023 dan bisa memunculkan resesi di banyak negara. Entah berhubungan atau tidak, permintaan sejumlah komoditas tambang dikabarkan melemah. Saat ini permintaan timah menurun karena dipengaruhi sejumlah sentimen ketidakpastian resesi global dan anjloknya pasar modal.

Pelemahan permintaan juga terjadi pada komoditas tambang lainnya seperti nikel. Selain itu permintaan batubara dari Tiongkok melemah dalam beberapa bulan terakhir. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menafsirkan pergerakan harga saat ini sebagai indikator awal terjadinya koreksi pada harga kedua komoditas tersebut.

Menyoal proyeksi ke depan, Bhima menilai bahwa ancaman resesi ekonomi yang makin nyata, terutama di negara industri seperti zona Eropa, membuat permintaan barang tambang menurun. Menurut perkiraan Bhima, fenomena boom harga komoditas sendiri berpotensi mulai berakhir paling lambat pada pertengahan 2023 mendatang. 

Senada dengan Bhima, Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, juga berpandangan bahwa harga komoditas tambang bisa terkoreksi ke depannya lantaran pergerakannya yang sudah terlalu tinggi. Selain itu, potensi koreksi harga komoditas tambang menurut Dendi juga dipengaruhi beberapa faktor pendorong lain, yaitu kontraksi moneter dan ekspektasi resesi global. Meski begitu, Dendi memperkirakan bahwa harga komoditas tambang masih  akan relatif tinggi dan hanya terkoreksi tipis.

Sumber : Kontan